Getah
pinus merekat sungai batang berbatang...
Aku tahu...putih atau coklat guliran waktu...
Aku juga tahu...darah tak kan merubah corak merak...
Tak peduli itu,
ku hanya ingin TUHAN tahu...
Malam ini ku gantung surat tanpa perangko dipucuk bintang senja....
Proposal hidupku untuk TUHAN...
Aku tahu...putih atau coklat guliran waktu...
Aku juga tahu...darah tak kan merubah corak merak...
Tak peduli itu,
ku hanya ingin TUHAN tahu...
Malam ini ku gantung surat tanpa perangko dipucuk bintang senja....
Proposal hidupku untuk TUHAN...
(Nely
Zulfa)
Puisi
adalah sebuah karya sastra yang biasanya ditulis berbait, menggunakan bahasa bermajas
dan berisikan ungkapan tentang sesuatu, baik tentang peraasaan, keadaan, cerita
dan lain sebagainya. Sebenarnya, puisi memiliki manfaat positif bagi anak yang
menyebabkan pentingnya memasukkan puisi ke dalam kurikilum sekolah. Adapun
manfaatnya antara lain:
1.
Membaca puisi akan
membentuk karakter anak menjadi lebi bijak dan dewasa. Dalam puisi, akan
ditemui berbagai macam emosi, cerita, pesan moral dan banyak lagi.
2.
Mengapresiasikan puisi di
depan kelas dapat melatih keberanian anak tampil di muka umum (public speacking) untuk sesuatu yang
positif.
3.
Membuat puisi akan melatih
anak cerdas memilih kata yang apik, mampu mengungkapkan isi hatinya dengan cara
yang baik dan mengasah kemampuan menulis dan mengarang.
Yuk,
mulai menulis puisi….
Gadis
Di Ujung Horizon
ku mengemasi sore dan
mulai menjajakan petang...
Senjaku selalu senja kelabu yang indah...
Dan selalu pula ku percikkan alasan untk tersenyum pada cakrawala buta...
Sambil mengubur mentari,aku tengok ia lagi...
Ia si gadis di ujung horizon...
Yang melukis sungainya dengan arus gemericik suara Tuhan...
Ia...
Si gadis di ujung horizon...
Yang selalu mengulur nadi
menawarkan sebiji benih...agar aku bisa menanam pagi..
Terfikir olehku...
Senjaku selalu senja kelabu yang indah...
Dan selalu pula ku percikkan alasan untk tersenyum pada cakrawala buta...
Sambil mengubur mentari,aku tengok ia lagi...
Ia si gadis di ujung horizon...
Yang melukis sungainya dengan arus gemericik suara Tuhan...
Ia...
Si gadis di ujung horizon...
Yang selalu mengulur nadi
menawarkan sebiji benih...agar aku bisa menanam pagi..
Terfikir olehku...
Akankah dapat ku menjahit
ceria...untuk sekedar menjamunya di petang yang esok?
(Nely Zulfa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar